BANGKINANG - Wajah Marwan tidak secerah biasanya. Harga karet yang terus melorot harganya terus membebani warga Tanjung Alai, Kecamatan X...[read more] "> BANGKINANG - Wajah Marwan tidak secerah biasanya. Harga karet yang terus melorot harganya terus membebani warga Tanjung Alai, Kecamatan X" />
Home
Dinas PUPR Siapkan Bahan Ekspos Untuk Presentase | Gerakan Sinergi Reforma Agraria Miliki Nilai Positif | Polres Dumai Raih Penghargaan Optimalisasi Operasi Tertib Ramadan | Bupati Kasmarni Harap Kepala Sekolah Fokus dan Optimalkan Kinerja Demi Kemajuan Pendidikan | Pilkada, Dinkes Siap Fasilitasi Pelayanan Kesehatan KPU Bengkalis | Ketua LPTQ Kabupaten Kampar Berharap Bisa Juara
Rabu, 24 April 2024
/ Kampar / 23:36:01 / Petani Karet di Kampar Keluhkan Harga Selalu Anjlok /
Petani Karet di Kampar Keluhkan Harga Selalu Anjlok
Jumat, 09/02/2018 - 23:36:01 WIB

REALITAONLINE.COM, BANGKINANG - Wajah Marwan tidak secerah biasanya. Harga karet yang terus melorot harganya terus membebani warga Tanjung Alai, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kampar, Riau ini. Setidaknya itu yang dilihat tokoh pemuda Tanjung Alai, Asy'ari, saat mereka ditemui GoRiau.com, Kamis (8/2/2018). Namun langkahnya tetap meyakinkan, kendati saat bercerita dahinya mengkerut.

''Ya mau bagaimana lagi, getah harus tetap ditakik, murah-murah tetap harus dijual. Kalau tidak mau makan apa? Beras sekarang sudah Rp10 ribu per kilo, rokok paling murah Rp7 ribu. Kami memang tidak nyimpan apa-apa selain untuk makan sehari-hari. Sekarang sekolah anak lagi yang harus dipikirkan,'' kata Marwan yang mengenakan kain dan peci di masjid yang berada di tepi jalan Raya Pekanbaru - Bangkinang tersebut.

Menurut Marwan, harga karet terus merosot. Pada pekan ini menurutnya, harga berada pada kisaran Rp7.700 per kilogram. Menurutnya, harga itu hanya berlaku pada dirinya yang bebas dari tauke atau cukong dan memiliki kebun karet sendiri. Namun bagi masyarakat yang tergantung pada tauke menurut Marwan, harga akan lebih tertekan lagi bagi petani karet.

Keluhan senada juga disampaikan warga lainnya bernama Nasrul. Menurutnya, harga karet tidak pernah membaik sejak pernah mencapai puncaknya pada era akhir Presiden Megawati dan awal pemerintahan Presiden SBY. Itu sudah sejak 2014 lalu. Kini, harga terus merosot. Kalaupun naik, hanya naik tipis saja, tidak pernah menguntungkan petani karet. Bahkan bagi mereka yang punya lahan luas.

''Kalau ditanya bagaimana kondisi sekarang, ya hanya cukup makan saja. Untuk yang lain tidak bisa, kami tidak bisa berbuat apa-apa, kami berharap ada solusi dari pemerintah untuk membantu kondisi kami,'' cerita Nasrul mengimbangi cerita Marwan yang berdiri di sampingnya.

Marwan dan Nasrul menyebutkan, setiap pagi mereka tetap memotong karet. Hal ini pula yang dilakukan oleh hampir 80 persen warga Tanjung Alai. Menurut Asy'ari yang merupakan dosen UIN Suska Riau, hidup warga Tanjung Alai sebagain besar memang tergantung pada karet. Ketika harganya anjlok, maka ekonomi akan anjlok juga. ''Bapak-bapak itu pasti lebih tahu kondisinya,'' sebut Asy'ari merujuk pad Nasrul dan Marwan.

Ketika keduanya ditanya apakah tidak beternak sesuatu, mereka mengaku tidak punya. Kondisi geografi Tanjung Alai tidak memungkin warga ternak kerbau bahkan untuk memelihara sapi. ''Yang cocok disini hanya kambing, tapi belum ada yang mencoba. Dan, kami tidak punya modal untuk itu. Kami berharap ada solusi dari pemerintah, agar kami tidak hanya tergantung pada karet,'' sebut Marwan.

Sementara itu masyarakat di Kecamatan Koto Kampar Hulu sebagian besar juga dengan mata pencariannya petani penyedop karet. Juga mengeluhkan menurunnya harga karet tersebut.

"Apa penyebab harga karet menurun setiap pekan, bukan malah naik," tanyanya Unat petani penyedop karet ini kepada GoRiau.com, empat hari yang lalu.

Ia juga menyebutkan, bahwa dua pekan yang lalu harga karet di Desa Tanjung Kecamatan Koto Kampar Hulu 8.600 rupiah. Dan pada tiga hari yang lalu turun 600 rupiah.

"Dua pekan yang lalu harga karet disini (Desa Tanjung, red) Rp8.600, yang mana sebelumnya Rp9000. Namun hari Kamis, (2/2) yang lalu, kembali turun 600 rupiah," ungkapnya.

Sementara itu di Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII Koto Kampar harga karet hanya mencapai Rp6000.

Mahasiswa Pulau Gadang, Izi berharap dengan tidak menetapkannya harga karet ini, pemerintah dapat mencarikan solusinya agar harga karet sesuai dengan kebutuhan. Sebab warga Kampar khususnya di dua kecamatan, yakni Kecamatan XIII Koto Kampar dan Koto Kampar Hulu pada umum masyarakatnya adalah petani karet.

Untuk diketahi, harga jual karet di wilayah Kecamatan XIII Koto Kampar dan Koto Kampar Hulu relatif lebih mahal dari kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Kampar. Selisih harga di kedua kecamatan tersebut bisa mencapai 2000 sampai 3000 rupiah /kg-nya dari harga yang berlaku di kecamatan-kecamatan lain. Hal ini disebabkan oleh kadar kandungan air untuk karet yang diproduksi di Kecamatan Koto Kampar Hulu dan Kecamatan XIII Koto Kampar relatif lebih sedikit dari produk karet dari kecamatan-kecamatan lain. ***
   
 
 
 
 
 

Alamat Redaksi & Iklan :
 
Jl. Garuda No. 76 E Labuhbaru
Pekanbaru, Riau-Indonesia
  Mobile  : 081268650077
Email : yhalawa2014@gmail.com